Kamis, 02 Oktober 2014

KABUT PAGI



Aku mengendarai sepeda motorku secara perlahan. Jalan raya poros Takalar-Makassar masih cukup lengang, karena hari masih terlalu pagi, dan langit sedikit mendung.
Aku mencoba mengusir keheningan dengan melantunkan ayat-ayat suci al-Qur’an, sesekali pula berdendang lagu-lagu nasyid, yang tak berpangkal, tak berujung.
Priit..priit.. kulihat dari spion, seorang pengendara sepeda motor dari arah yang sama, membunyikan klakson. Memberikan kode bahwa ia akan mendahuluinya. aku meminggirkan sedikit sepeda motorku ke jalur kiri untuk memberikan jalan kepada pengendara tersebut.

Bertepatan pada saat sepeda motor itu akan mendahuluiku, ia menaikkan kaca helmnya, dan menoleh ke arahku, dan melempar sesungging senyum. Aku pun membalas senyumnya dengan ramah. Tiba-tiba hatiku berdesir, dan sesaat jantungku berdegup agak kencang. Seperti mengisyaratkan sebuah keganjilan. Tetapi aku tak memperdulikan da terus melajukan sepeda motorku.
Tampak kabut mulai menebal, dan mengurangi jarak pandangku, sementara si pengendara yang tadi sudah mendahuluiku beberapa puluh meter di depan. Sejurus kemudian, aku mendengar suara benda jatuh yang sangat keras. Dan auman sepeda motor yang memekakkan telinga. “Astgfirullah, Itu pasti orang jatuh dari motor” ucapku pada diri sendiri . Kemudian aku melajukan sepeda motor, dan berhenti tepat di dekat pengendara motor, yang baru saja mengalami kecelakaan. dia terkapar, dan tak sadarkan diri. Saat melihat sepeda motornya yang terguling, aku sangat terkejut, karena sangat mirip dengan sepeda motorku. Aku tiba-tiba linglung, dan kulihat sekelilingku seperti berputar.Dan aku tak mampu lagi mengendalikan kesadaran, saat melihat wajah orang itu, yang ternyata sama dengan wajahku sendiri .   

Tidak ada komentar :

Posting Komentar