Rabu, 01 Januari 2020

2020, Sambut Tahun Baru dengan Merdeka Belajar.

Bagi yang merayakan pergantian tahun baru, saya ucapkan selamat merayakan, selamat memasuki tahun baru 2020 dengan semangat yang lebih baik. Semoga energi kita tidak habis dalam semalam, hanya dengan berhura-hura. Melakukan aktifitas yang kurang bermanfaat demi menyambut pergantian tahun baru. Sementara detik, waktu setelahnya, kehidupan terus berjalan dan bergulir.  
Setelah melewati pergantian tahun, kita harus bangun dari siuman setelah menghabiskan waktu semalam suntuk dengan begadang. Ingat kata Bang Rhoma, begadang jangan begadang jika tiada gunanya. Meskipun saya sendiri mau protes sama vokalis Soneta Group tersebut, gegara dia ikut konser di malam tahun baru, banyak orang yang ikut-ikutan begadang. Jelas bagi si Raja Dangdut, manfaat dia kongser, demi pundi-pundi (kapitalisme) Sementara bagi penontonnya demi hasrat dan hiburan(hedonisme).

Saya kira, pergantian tahun baru ini, lebih tepat kita jadikan ajang untuk bermuhasabah. Melihat dan mengevaluasi diri kita setahun belakang. Kekurangan apa yang masih kita miliki, serta peningkatan apa yang telah kita capai, untuk bisa kita pertahankan atau meraih yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Jika malam ini kita anggap sebagai sesuatu yang istimewa, mari kita jadikan sebagai media untuk memperbanyak dzikir dan pikir kita kepada Allah Swt. Dzikir dengan lisan atau hati. Berjamaah atau sendiri-sendiri. Serta memikirkan hal yang akan kita lakukan esok hari. Memikirkan fenomena-fenomena alam, solusi dan hal lainnya.
Misalnya, sebagai seorang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, entah guru, dosen, siswa atau mahasiswa. Seharusnya banyak berpikir dan mengkaji tentang hal yang perlu kita persiapkan menghadapi era baru pendidikan kita. Dengan tugas dan amanah baru yang diberikan Mas Menteri Pendidikan dan kebudayaan, yakni, Merdeka belajar.
Jika kita tak menyiapkan diri sejak awal, maka memasuki semester baru ini, kita akan kembali kelimpungan, bingun, menerjemahkan merdeka belajar tersebut. Meskipun, pada pidato-pidato Mas Menteri, di banyak kesempatan, yang disebar lewat media sosial, sudah menjelaskan apa dan bagaimana merdeka belajar tersebut.
Bagaimana sikap kita menanggapi Merdeka Belajar tersebut. Apakah akan membuat kita seorang pendidik semakin merdeka, berdaya juga sejahtera. Atau sebaliknya, kita akan diliputi rasa tersiksa dan terpedaya, karena adanya perubahan ini. 
Guru dan siswa adalah subjek pertama yang harus disiapkan menghadapi perubahan orientasi pendidikan saat ini. Tanpa penyiapan yang baik bagi kedua komponen terpenting ini, merdeka belajar tak akan berhasil. 
Guru dan siswa harus betul-betul paham, arah serta tujuan dari merdeka belajar. Meskipun seharusnya merdeka harus sejak awal. Sejak pertama kali mengabdikan diri menjadi pendidik. Atau sejak pertama kali tercatat sebagai siswa di sekolah. Hanya saja, itu yang belum terasa aromanya selama ini dalam dunia pendidikan kita. Padahal tujuan azasi pendidikan adalah memanusiakan manusia. Atau menjadikan manusia seutuhnya. 
Faktor pemicunya tentu beragam pula, kebijakan orde pemerintah yang berkuasa, kebijakan menteri, faktor kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan, profesionalisme pendidik juga kesejahteraan. 
Kebijakan Mas Menteri yang disebutnya sebagai kebijakan ronde pertama ini, harus kita sambut baik dan penuh antusias. Kita berharap, ini adalah kebijakan yang bisa mengurai kekusutan dunia pendidikan kita. Bisa diikuti dengan kebijakan ronde kedua, ketiga dan seterusnya. Yang mampu mewujudkan pendidikan untuk semuanya dan seutuhnya. Serta  mampu mengembalikan pada cita-cita luhur pendidikan kita untuk mencerdaskan seluruh kehidupan bangsa. 

Tidak ada komentar :

Posting Komentar