Aku mengendarai sepeda motorku secara perlahan. Jalan raya poros
Takalar-Makassar masih cukup lengang, karena hari masih terlalu pagi, dan langit
sedikit mendung.
Aku mencoba mengusir keheningan dengan melantunkan ayat-ayat suci al-Qur’an,
sesekali pula berdendang lagu-lagu nasyid, yang tak berpangkal, tak berujung.
Priit..priit.. kulihat dari spion, seorang pengendara sepeda motor
dari arah yang sama, membunyikan klakson. Memberikan kode bahwa ia akan
mendahuluinya. aku meminggirkan sedikit sepeda motorku ke jalur kiri untuk
memberikan jalan kepada pengendara tersebut.