Pagi hampir utuh
Beranjak ke titik sepuluh
Bening embun perlahan keruh
Menanti siang yang berpeluh
Mentari yang utuh
Memanggang seluruh
Perih melepuh
Bersimbah darah yang terseduh
Dulu tak kukenal keluh
Kini hidup berkawan jenuh
Semangat yang teguh
Tersisa dalam separuh
Damai kau minta bertaruh
Pada api yang kau suluh
Cinta yang mulai tumbuh
Dengan benci mati terbunuh
Siang kini rapuh
Bersama waktu yang telah sepuh
Kita ini setubuh
Mengapa dipandang sebagai musuh
Tidak ada komentar :
Posting Komentar