Senin, 08 Mei 2017

INSPIRASI DARI LITERACY AWARD 2017



Awal Inspirasi
“Assalamu alaikum wr. Wb.
Melalui SMS ini, kami sampaikan bahwa saudara lolos 25 besar ilteracy award by Baznas & Republika.Kami undang saudara untuk hadir pada pelatihan, penilaian program dan penganugerahan Literacy Award 2017 di Bogor pada 30 April -02 Mei 2017”.

Demikianlah pesan singkat yang dikirimkan oleh panitia pelaksana Literacy Award 2017. Pertanggal 10 April 2017 dan saya terima melalui ponsel sekira pukul tujuh malam.

Lomba menulis resensi buku “Ayah...Kisah Buya Hamka” dan Inspirasi program pendidikan berdasarkan hasil bacaan buku tersebut, dilaksanakan oleh Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) dan Republika, pada bulan maret yang lalu, menjaring 25 orang peserta dari seluruh Indonesia. Selanjutnya akan mempresentasekan program masing-masing dan akan dipilih 5 program terbaik oleh Baznas untuk mendapatkan pendampingan.    
Buku Biografi Buya Hamka yang ditulis oleh Irfan Hamka dan diterbitkan Republika Penerbit, 2013, telah saya baca sejak tahun 2013 yang lalu. Bahkan sebenarnya saya telah berinisiatif untuk membuat resensinya saat itu juga. Tetapi barulah pada moment tersebut saya menyempatkan untuk membuat resensinya.
Sementara program pendidikan yang saya tawarkan pada kegiatan Baznas dan Republika adalah Sudut Baca Al-Syifa.

Para Guru Inspiratif
Awalnya saya membayangkan, peserta Literacy Award 2017, adalah guru-guru yang usianya diatas saya. Ternyata apa yang saya bayangkan itu, kurang tepat. Karena sebagian besar peserta adalah guru-guru muda yang masih usia produktif. Bahkan adapula yang masih berstatus sebagai mahasiswa dan telah mengabdikan dirinya pada sebuah madrasah dan sekolah.
Bahkan forum diskusi yang saya perkirakan akan berlangsung dalam suasana serius dan membosankan, ternyata sangat jauh dari kesan tersebut.
Mulai saat penyambutan peserta dari tempat kedatangan oleh panitia dengan sangat ramah, hingga perkenalan awal antar para peserta di penginapan, pun akrab.
Pada hari pertama yang diawali dengan acara perkenalan seluruh panitia dan peserta, berlangsung dengan sangat santai dan menyenangkan. Tampak peserta mengeluarkan seluruh kemampuannya dalam berjoki, apalagi dipandu oleh dua orang presenter muda yang kompak dengan penampilan yang cukup menghibur. Walaupun ada pula peserta yang terlihat grogi saat tampil memperkenalkan dirinya. Entah disengaja atau memang seperti itulah caranya ngelucu. Sepanjang acara perkenalan, gelak tawa peserta hampir tidak pernah berhenti.J
Sesuai dengan manual acara yang telah dibagikan oleh panitia sebelumnya, setelah acara perkenalan, berlanjut materi pengenalan tentang Baznas dan pedoman penyusunan program yang disajikan secara langsung oleh orang-orang Baznas.
Sementara materi kepenulisan dimentori oleh pihak Republika Penerbit. Syahruddin El-Fikri yang didapuk menjadi pemateri, memberikan gambaran situasi dan kondisi literasi bangsa Indonesia saat ini. Juga memberikan tips dan trik dalam menulis. Pun mengingatkan seluruh peserta untuk senantiasa menulis. Menulis apa yang dilihat, menulis apa yang didengar dan menulis apa yang rasakan. Pesannya.
Pada hari kedua Literacy Award 2017 diisi dengan presentase program pendidikan yang diinisiasi oleh 25 finalis. Sebagaimana persyaratan awal mengikuti program ini, bahwa selain menulis resensi, peserta juga diharapkan menuliskan program pendidikan yang akan dilaksanakan sebagai bentuk penggalian inspirasi dari buku “Ayah...” karya Irfan Hamka.
Beragam inisiasi program ditampilkan oleh para peserta, yang mendapatkan penilaian langsung dari tiga orang dewan juri yang mewakili tiga institusi. Baznas, Republika dan Institut Pertanian Bogor. Dengan durasi waktu yang sangat singkat, peserta diarahkan untuk menampilkan dan menyampaikan tulisannya secara efektif dan efisien.
Aroma kompetisi antar peserta tidak tampak dalam forum tersebut. Walaupun peserta semua tahu dan sadar, bahwa hanya lima peserta terbaik, yang akan dipilih untuk mendapatkan hadiah pembinaan dari pihak Baznas sebagai penyelenggara utama.
Tidak satu pun peserta yang menyatakan bahwa programnyalah yang paling terbaik dan program lainnya, sebaliknya. Bahkan ada salah seorang peserta menginginkan programnya disandingkan dengan program peserta yang lainnya, karena dianggap searah dan sejalan.

Program Inspiratif
Program-program yang dipaparkan adalah program pendidikan yang sangat inspiratif. Dengan latar tempat, situasi dan kondisi yang berbeda-beda, sehingga pemecahan masalah yang ditampilkan pun beragam. Walau tema utamanya adalah peningkatan minat baca dan tulis siswa dan masyarakat (literasi).
Di antaranya, ada yang ingin membuat taman baca di rumahnya, karena setiap hari anak-anak dan para ibu di sekitar rumahnya sering datang bermain dan ngerumpi. Ada pula yang ingin membuat sudut baca di setiap kelas dan halaman sekolah, sebab ruang perpustakaan utama yang ada di sekolah, ruangannya tidak memadai. juga program-program pendidikan kemasyarakatan lainnya.
Ada program yang sudah sementara berjalan dan ingin ditingkatkan kuantitas maupun kualitasnya. Ada pula program yang baru tahap rancangan dan perencanaan.
Saya sebagai bagian dari peserta finalis 25 besar Literacy Award 2017 ini, menyampaikan program pengembangan Sudut Baca Al-Syifa dengan tema Pekan Literasi Kampung. (Pembahasannya akan saya ulas pada bagian yang lain).
Kriteria penilaian hanya panitia dan dewan juri yang tahu. Kami sebagai peserta hanya menampilkan yang terbaik menurut versi kami masing-masing. Meskipun panitia telah memberikan garis-garis besar apa yang seharusnya sampaikan dan tampilkan di hadapan dewan juri dan seluruh peserta.
Jika ditanyakan, apakah saya menginginkan menjadi peserta yang terbaik? Maka saya akan menjawabnya dengan jujur. Ya, jelas. Saya dan peserta lainnya pun  meninginkan dan berharap masuk nominasi lima besar peserta terbaik. Bukan karena saya mengejar prestasi dan prestise pada kegiatan ini. Tetapi karena saya membawakan nama sebuah komunitas dan program. Yang pemanfaatannya ditujukan untuk masyarakat, dan menurut penilaian pribadi saya, itu sangat bermanfaat. Terutama pada peningkatan budaya literasi masyarakat
Meskipun pada akhirnya, hanya akan ada lima peserta yang akan mendapatkan hadiah pembinaan dari Baznas, tetapi saya berharap rancangan program yang sudah direncanakan dan dituliskan, tetap akan dilanjutkan untuk diwujudkan. Toh dewan juri yang menilai program kami, tidak menyatakan bahwa ada program yang tidak layak. Hanya saja laiknya kompetisi, maka akan ada yang akan mendapatkan pembinaan khusus. Sementara yang lainnya tetap dilanjutkan untuk diwujudkan sesuai kemampuan.

Sekolah Inspiratif
“Wah, ini seperti di Bogor, dingin. Ereng-Ereng ala Bogor.”
Demikian ungkapan seorang teman, saat pertama kali menginjakkan kaki di kampung halaman saya, beberapa waktu yang lalu. Menurutnya, suasana, hawa dan cuaca di kampung saya sama dengan di Bogor, yang terkenal sebgai kota Hujan.
Setelah berlalu beberapa waktu lamanya, barulah kali ini saya bisa membuktikan ungkapan teman saya di atas. Dan saya membenarkannya.
Segar, sejuk dan dingin. Demikianlah persamaan keadaan yang ada di kampung saya dengan perkampungan yang saya datangi kali ini. Sehingga, kedatangan saya di tempat ini, rasanya seperti ke kampung halaman sendiri.
Demikianlah saat memperkenalkan diri di hadapan panitia dan peserta. Saya menyebut, bahwa Cirangkong itu Ereng-Ereng kedua.   
Ya, namanya adalah Kampung Cirangkong. Kampung yang sejuk nan permai. Jauh dari keramaian dan kebisingan, dan keruwetan jalan yang macet. Di kelilingi gunung-gunung yang menghijau, salah satunya gunung Salak, menurut keterangan dari seorang peserta yang berasal dari Bogor.
Pesantren Ahbaabullah Center, telah menjadi saksi hadirnya guru-guru inspiratif dari berbagai penjuru negeri ini, dengan perencanaan program pendidikan yang inspiratif untuk masa depan generasi negeri yang lebih baik.
       Bukan hotel berbintang atau penginapan yang mewah dan pasilitas yang serba ada. Pesantren Ahbaabullah atau SMP Cendekia Baznas, sebuah tempat yang sederhana tetapi sangat bersahaja. Pasilitas yang belum sepenuhnya lengkap. Bahkan beberapa kali mengalami kendala. Tetapi cukup memanjakan bagi peserta saat beristirahat.
       Pihak penyelenggara, sepertinya memang sengaja menggiring peserta agar melakukan petualangan untuk sampai ke tempat ini. Perjalanan jauh nan melelahkan tetapi sangat menyenangkan.

Anugrah Inspiratif 
       Penampilan memukau dari tim marawis santri Cendekia Baznas, membuka acara puncak Literacy Award 2017. Malam penganugrahan kepada peserta yang masuk lima besar, program paling inspiratif dan akan mendapatkan pendampingan dari Baznas. 


      Auditorium Andi Hakim Nasution, sebuah gedung mewah di Institut Pertanian Bogor, telah menjadi saksi hadir dan lahirnya duta-duta literasi Baznas, yang akan menyebarluaskan ilmunya di daerah sesuai dengan konteks masing-masing.  
(LITERACY AWARD; Zakat untuk Pendidikan Indoesia)

Tidak ada komentar :

Posting Komentar