Awal Inspirasi
“Assalamu alaikum wr. Wb.
Melalui SMS ini, kami sampaikan bahwa saudara
lolos 25 besar ilteracy award by Baznas & Republika.Kami undang saudara
untuk hadir pada pelatihan, penilaian program dan penganugerahan Literacy Award
2017 di Bogor pada 30 April -02 Mei 2017”.
Demikianlah pesan singkat yang dikirimkan oleh
panitia pelaksana Literacy Award 2017. Pertanggal 10 April 2017 dan saya terima
melalui ponsel sekira pukul tujuh malam.
Lomba menulis resensi buku “Ayah...Kisah Buya
Hamka” dan Inspirasi program pendidikan berdasarkan hasil bacaan buku tersebut,
dilaksanakan oleh Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) dan Republika, pada bulan
maret yang lalu, menjaring 25 orang peserta dari seluruh Indonesia. Selanjutnya
akan mempresentasekan program masing-masing dan akan dipilih 5 program terbaik
oleh Baznas untuk mendapatkan pendampingan.
Buku Biografi Buya Hamka yang ditulis oleh
Irfan Hamka dan diterbitkan Republika Penerbit, 2013, telah saya baca sejak
tahun 2013 yang lalu. Bahkan sebenarnya saya telah berinisiatif untuk membuat
resensinya saat itu juga. Tetapi barulah pada moment tersebut saya menyempatkan
untuk membuat resensinya.
Sementara program pendidikan yang saya tawarkan
pada kegiatan Baznas dan Republika adalah Sudut Baca Al-Syifa.
Para Guru Inspiratif
Awalnya saya membayangkan, peserta Literacy
Award 2017, adalah guru-guru yang usianya diatas saya. Ternyata apa yang saya
bayangkan itu, kurang tepat. Karena sebagian besar peserta adalah guru-guru
muda yang masih usia produktif. Bahkan adapula yang masih berstatus sebagai
mahasiswa dan telah mengabdikan dirinya pada sebuah madrasah dan sekolah.
Bahkan forum diskusi yang saya perkirakan akan
berlangsung dalam suasana serius dan membosankan, ternyata sangat jauh dari
kesan tersebut.
Mulai saat penyambutan peserta dari tempat
kedatangan oleh panitia dengan sangat ramah, hingga perkenalan awal antar para
peserta di penginapan, pun akrab.
Pada hari pertama yang diawali dengan acara
perkenalan seluruh panitia dan peserta, berlangsung dengan sangat santai dan menyenangkan.
Tampak peserta mengeluarkan seluruh kemampuannya dalam berjoki, apalagi dipandu
oleh dua orang presenter muda yang kompak dengan penampilan yang cukup
menghibur. Walaupun ada pula peserta yang terlihat grogi saat tampil
memperkenalkan dirinya. Entah disengaja atau memang seperti itulah caranya
ngelucu. Sepanjang acara perkenalan, gelak tawa peserta hampir tidak pernah
berhenti.J
Sesuai dengan manual acara yang telah dibagikan
oleh panitia sebelumnya, setelah acara perkenalan, berlanjut materi pengenalan
tentang Baznas dan pedoman penyusunan program yang disajikan secara langsung
oleh orang-orang Baznas.
Sementara materi kepenulisan dimentori oleh
pihak Republika Penerbit. Syahruddin El-Fikri yang didapuk menjadi pemateri,
memberikan gambaran situasi dan kondisi literasi bangsa Indonesia saat ini.
Juga memberikan tips dan trik dalam menulis. Pun mengingatkan seluruh peserta
untuk senantiasa menulis. Menulis apa yang dilihat, menulis apa yang didengar
dan menulis apa yang rasakan. Pesannya.
Pada hari kedua Literacy Award 2017 diisi
dengan presentase program pendidikan yang diinisiasi oleh 25 finalis. Sebagaimana
persyaratan awal mengikuti program ini, bahwa selain menulis resensi, peserta
juga diharapkan menuliskan program pendidikan yang akan dilaksanakan sebagai
bentuk penggalian inspirasi dari buku “Ayah...” karya Irfan Hamka.
Beragam inisiasi program ditampilkan oleh para
peserta, yang mendapatkan penilaian langsung dari tiga orang dewan juri yang mewakili
tiga institusi. Baznas, Republika dan Institut Pertanian Bogor. Dengan durasi
waktu yang sangat singkat, peserta diarahkan untuk menampilkan dan menyampaikan
tulisannya secara efektif dan efisien.
Aroma kompetisi antar peserta tidak tampak
dalam forum tersebut. Walaupun peserta semua tahu dan sadar, bahwa hanya lima
peserta terbaik, yang akan dipilih untuk mendapatkan hadiah pembinaan dari
pihak Baznas sebagai penyelenggara utama.
Tidak satu pun peserta yang menyatakan bahwa
programnyalah yang paling terbaik dan program lainnya, sebaliknya. Bahkan ada salah
seorang peserta menginginkan programnya disandingkan dengan program peserta
yang lainnya, karena dianggap searah dan sejalan.
Program Inspiratif
Program-program yang dipaparkan adalah program
pendidikan yang sangat inspiratif. Dengan latar tempat, situasi dan kondisi
yang berbeda-beda, sehingga pemecahan masalah yang ditampilkan pun beragam.
Walau tema utamanya adalah peningkatan minat baca dan tulis siswa dan
masyarakat (literasi).
Di antaranya, ada yang ingin membuat taman baca
di rumahnya, karena setiap hari anak-anak dan para ibu di sekitar rumahnya
sering datang bermain dan ngerumpi. Ada pula yang ingin membuat sudut baca di
setiap kelas dan halaman sekolah, sebab ruang perpustakaan utama yang ada di
sekolah, ruangannya tidak memadai. juga program-program pendidikan
kemasyarakatan lainnya.
Ada program yang sudah sementara berjalan dan
ingin ditingkatkan kuantitas maupun kualitasnya. Ada pula program yang baru
tahap rancangan dan perencanaan.
Saya sebagai bagian dari peserta finalis 25
besar Literacy Award 2017 ini, menyampaikan program pengembangan Sudut Baca
Al-Syifa dengan tema Pekan Literasi Kampung. (Pembahasannya akan saya ulas pada
bagian yang lain).
Kriteria penilaian hanya panitia dan dewan juri
yang tahu. Kami sebagai peserta hanya menampilkan yang terbaik menurut versi
kami masing-masing. Meskipun panitia telah memberikan garis-garis besar apa
yang seharusnya sampaikan dan tampilkan di hadapan dewan juri dan seluruh
peserta.
Jika ditanyakan, apakah saya menginginkan
menjadi peserta yang terbaik? Maka saya akan menjawabnya dengan jujur. Ya,
jelas. Saya dan peserta lainnya pun meninginkan
dan berharap masuk nominasi lima besar peserta terbaik. Bukan karena saya mengejar
prestasi dan prestise pada kegiatan ini. Tetapi karena saya membawakan nama
sebuah komunitas dan program. Yang pemanfaatannya ditujukan untuk masyarakat,
dan menurut penilaian pribadi saya, itu sangat bermanfaat. Terutama pada
peningkatan budaya literasi masyarakat
Meskipun pada akhirnya, hanya akan ada lima
peserta yang akan mendapatkan hadiah pembinaan dari Baznas, tetapi saya
berharap rancangan program yang sudah direncanakan dan dituliskan, tetap akan
dilanjutkan untuk diwujudkan. Toh dewan juri yang menilai program kami, tidak
menyatakan bahwa ada program yang tidak layak. Hanya saja laiknya kompetisi,
maka akan ada yang akan mendapatkan pembinaan khusus. Sementara yang lainnya
tetap dilanjutkan untuk diwujudkan sesuai kemampuan.
Sekolah Inspiratif
“Wah, ini seperti di Bogor, dingin. Ereng-Ereng
ala Bogor.”
Demikian ungkapan seorang teman, saat pertama
kali menginjakkan kaki di kampung halaman saya, beberapa waktu yang lalu.
Menurutnya, suasana, hawa dan cuaca di kampung saya sama dengan di Bogor, yang
terkenal sebgai kota Hujan.
Setelah berlalu beberapa waktu lamanya, barulah
kali ini saya bisa membuktikan ungkapan teman saya di atas. Dan saya
membenarkannya.
Segar, sejuk dan dingin. Demikianlah persamaan
keadaan yang ada di kampung saya dengan perkampungan yang saya datangi kali
ini. Sehingga, kedatangan saya di tempat ini, rasanya seperti ke kampung
halaman sendiri.
Demikianlah saat memperkenalkan diri di hadapan
panitia dan peserta. Saya menyebut, bahwa Cirangkong itu Ereng-Ereng kedua.
Ya, namanya adalah Kampung Cirangkong. Kampung yang
sejuk nan permai. Jauh dari keramaian dan kebisingan, dan keruwetan jalan yang
macet. Di kelilingi gunung-gunung yang menghijau, salah satunya gunung Salak,
menurut keterangan dari seorang peserta yang berasal dari Bogor.
Pesantren Ahbaabullah Center, telah menjadi
saksi hadirnya guru-guru inspiratif dari berbagai penjuru negeri ini, dengan
perencanaan program pendidikan yang inspiratif untuk masa depan generasi negeri
yang lebih baik.
Bukan
hotel berbintang atau penginapan yang mewah dan pasilitas yang serba ada. Pesantren
Ahbaabullah atau SMP Cendekia Baznas, sebuah tempat yang sederhana tetapi
sangat bersahaja. Pasilitas yang belum sepenuhnya lengkap. Bahkan beberapa kali
mengalami kendala. Tetapi cukup memanjakan bagi peserta saat beristirahat.
Pihak
penyelenggara, sepertinya memang sengaja menggiring peserta agar melakukan
petualangan untuk sampai ke tempat ini. Perjalanan jauh nan melelahkan tetapi
sangat menyenangkan.
Anugrah Inspiratif
Penampilan
memukau dari tim marawis santri Cendekia Baznas, membuka acara puncak Literacy
Award 2017. Malam penganugrahan kepada peserta yang masuk lima besar, program
paling inspiratif dan akan mendapatkan pendampingan dari Baznas.
Auditorium Andi Hakim Nasution, sebuah
gedung mewah di Institut Pertanian Bogor, telah menjadi saksi hadir dan
lahirnya duta-duta literasi Baznas, yang akan menyebarluaskan ilmunya di daerah
sesuai dengan konteks masing-masing.
(LITERACY AWARD; Zakat untuk Pendidikan
Indoesia)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar