Senin, 22 Oktober 2018

Hujan dan Kresek


Hujan masih mengguyur, sementara jam sudah menunjukkan jam 7.00. biasanya jika jadwal mengajar saya jam pertama, maka saya sudah meninggalkan rumah pada jam tersebut.
Saya pun mengundur keberangkatan sekira 10 menit. Saya mempersiapkan mantel agar tidak kuyup. Tetapi sebelum saya mengenakannya, terlebih dahulu saya periksa celananya. Sebab kemarin, saat saya pulang dari sekolah dan menerobos hujan. Celana yang saya gunakan tertembus air hujan hingga ke dalam.
Ternyata bagian belakang sudah ada yang berlubang, di celahnya itulah hujan masuk. Lalu saya mebgambil kantong plastik bekas, yang tergantung di dinding. Saya lubangi bagian bawahnya model celana dalam, sebagai pelapis bagian dalam celana mantel. Hal ini untuk mencegah rembesan air hujan lolos membasahi celana.

Bukan kali pertama saya melakukan hal begini, meskipun sedikit berbeda. Beberapa tahun lslu, sewaktu saya menghadiri pesta pernikahannya salah seorang di maris, saya berboncengan dengan seorang teman yang lainnya. Tetapi di tengah perjalanan, hujan deras mengguyur, terpaksa kami menepi, berteduh. Di bagasi motor hanya tersedia sepasang mantel. Karena saya dibonceng, maka saya mempersilakan teman saya untuk mengenakan mantel, sementara saya membeli plastik kresek untuk saya jadikan pelindung hujan di bagian celana. Sebab jajet yang saya pakai bisa tidak tembus hujan. Saya tidak sempat perhatikan, apakah yang saya gunakan itu ada yang memperhatikannya atau tidak, yang penting bisa tetap melanjutkan perjalanan. Untunglah hujan segera reda, mantel kresek pun saya lepas, tapi tetap saya simpan di bagasi motor, persiapsn saat hujan lagi.
Sewaktu kanak-kanak pun saya sering menggunakan kresek melindungi kepala saat hujan, pengganti payung, selain daun pisang atau daun talas. Kan terlihat keren, topi kresek tetap bisa tembus hujan.
Lain lagi ceritanya, sewaktu saya berkunjung salah seorang kerabat yang tinggal di kota, saat itu tante yang saya temani, singgah di toko untuk membeli sesuatu, sementara saya disuruh terlebih dahulu ke rumah sepupu yang tak jauh dari pusat toko tersebut.
Kresek warna merah yang berisi belanjaan, tetap saya jinjing sewaktu mengetuk pintu, tapi, tidak segera dibukakan dan dipersilakan masuk, karena dianggapnya saya pengemis, demikian pengakuan sepupu sewaktu tante saya sudah datang dan mengetuk pintu.
Saya bersyukur hari ini, berkat ide kresek plastik tetap bisa ke sekolah, meski hujannya tetap tembus, tapi tidak sekuyup kemarin. Dan saya termasuk yang pertana sampai di sekolah. Pas 7.30 di jam gaway saya.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar