Hujan
masih mengguyur, sementara jam sudah menunjukkan jam 7.00. biasanya jika jadwal
mengajar saya jam pertama, maka saya sudah meninggalkan rumah pada jam
tersebut.
Saya
pun mengundur keberangkatan sekira 10 menit. Saya mempersiapkan mantel agar
tidak kuyup. Tetapi sebelum saya mengenakannya, terlebih dahulu saya periksa
celananya. Sebab kemarin, saat saya pulang dari sekolah dan menerobos hujan.
Celana yang saya gunakan tertembus air hujan hingga ke dalam.
Ternyata
bagian belakang sudah ada yang berlubang, di celahnya itulah hujan masuk. Lalu
saya mebgambil kantong plastik bekas, yang tergantung di dinding. Saya lubangi
bagian bawahnya model celana dalam, sebagai pelapis bagian dalam celana mantel.
Hal ini untuk mencegah rembesan air hujan lolos membasahi celana.
Bukan
kali pertama saya melakukan hal begini, meskipun sedikit berbeda. Beberapa
tahun lslu, sewaktu saya menghadiri pesta pernikahannya salah seorang di maris,
saya berboncengan dengan seorang teman yang lainnya. Tetapi di tengah
perjalanan, hujan deras mengguyur, terpaksa kami menepi, berteduh. Di bagasi
motor hanya tersedia sepasang mantel. Karena saya dibonceng, maka saya
mempersilakan teman saya untuk mengenakan mantel, sementara saya membeli
plastik kresek untuk saya jadikan pelindung hujan di bagian celana. Sebab jajet
yang saya pakai bisa tidak tembus hujan. Saya tidak sempat perhatikan, apakah
yang saya gunakan itu ada yang memperhatikannya atau tidak, yang penting bisa
tetap melanjutkan perjalanan. Untunglah hujan segera reda, mantel kresek pun
saya lepas, tapi tetap saya simpan di bagasi motor, persiapsn saat hujan lagi.
Sewaktu
kanak-kanak pun saya sering menggunakan kresek melindungi kepala saat hujan,
pengganti payung, selain daun pisang atau daun talas. Kan terlihat keren, topi
kresek tetap bisa tembus hujan.
Lain
lagi ceritanya, sewaktu saya berkunjung salah seorang kerabat yang tinggal di
kota, saat itu tante yang saya temani, singgah di toko untuk membeli sesuatu,
sementara saya disuruh terlebih dahulu ke rumah sepupu yang tak jauh dari pusat
toko tersebut.
Kresek
warna merah yang berisi belanjaan, tetap saya jinjing sewaktu mengetuk pintu,
tapi, tidak segera dibukakan dan dipersilakan masuk, karena dianggapnya saya
pengemis, demikian pengakuan sepupu sewaktu tante saya sudah datang dan
mengetuk pintu.
Saya
bersyukur hari ini, berkat ide kresek plastik tetap bisa ke sekolah, meski
hujannya tetap tembus, tapi tidak sekuyup kemarin. Dan saya termasuk yang
pertana sampai di sekolah. Pas 7.30 di jam gaway saya.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar