Minggu, 24 November 2019

Sebelum Beranjak (Bagian 1)


Sebelum beranjak meninggalkan kamar 1102, hotel Same dan kota Makassar hari ini, kembali ke tempat aktifitas, seperti biasa. Saya ingin menyimpan cerita ini di dalam sebuah tulisan. Ya, sebelum ingatan itu beranjak.
Empat hari bersama dengan orang-orang yang penuh semangat, dan sangat inspiratif, menurut  saya. Remaja, muda-mudi, orang-orang tua, pelajar, mahasiswa,guru, dosen, pegiat literasi semuanya. Meskipun empat hari, sangat singkat untuk mengenal mereka secara lebih jauh. Tapi dari interaksi yang singkat itulah saya memiliki beberapa gambaran akan kehebatan-kehebatan mereka.

Sebenarnya dan seharusnya, bukan saya yang hadir pada pertemuan orang-orang hebat ini. Karena di undangan yang dibagikan oleh penyelenggara ( Balai Bahasa Sulawesi Selatan) nama saya tidak tercantum. Pada lampiran undangan, ada 45 (empat puluh lima) nama yang tertera, tidak termasuk saya. Tetapi, nama istri saya (lihat no. Urut 3. Erma Surianti). Dia pulalah yang memberikan informasi akan kegiatan ini dan memberikan izin kepada saya untuk menggantikannya, dengan terlebih dahulu berkonsultasi kepada panitia penyelenggara.
Istri saya, sangat ingin menghadiri kegiatan ini, tapi karena kondisinya yang masih sakit, sering lemas, maka dengan ikhlas namanya diwakilkan kepada saya. Dengan harapan ilmu dan pengalaman yang akan  didapatkan dari bimtek ini, dapat saya bagi kepadanya saat pulang ke rumah. Insya Allah.
Berada di tengah-tengah orang hebat, selalu membuat saya merasa canggung dan kikuk. Tetapi suasana yang cair dan santai di dalam forum, telah membuat saya menikmati aktivitas, bimtek ini. Meskipun harus menerima penyajian materi yang cukup padat, dari pagi hingga malam hari. Ditambah tugas setiap sesi.
Penyajian materi dari para pemateri yang variatif telah membuat saya nyaman berada di tempat ini. Pemateri dengan segenap kemampuannya membuat suasana begitu cair. Sehingga para peserta selalu terbuka untuk berbagi pengalaman dan pengetahuannya kepada peserta yang lain, tidak terkecuali saya. Demikian pula dengan sesama peserta, tidak ada yang merasa superior antara satu dengan yang lainnya. Pelantang suara tidak hanya didominasi oleh satu orang. Semuanya diberi kesempatan untuk berbicara, berpendapat, bertanya atau menjawab.
Berada di forum ini sungguh sangat luar biasa. Waima, tanggung jawab selanjutnya, luar biasa beratnya. Ditantang untuk konsisten menulis. Sementara saya, masih sering mengulur-ulur waktu untuk memulai menulis. Masih sering diserang penyakit “pi”(meminjam istilah seorang pemateri BIMTEK, pak Sabir) nantipi, sebentarpi dan besokpi.
Saya bahagia, sekaligus bangga, kepada bapak, ibu, kakak, adik atau teman-teman seforum kemarin. Terhadap pencapaian hasil dan karya yang telah mereka gapai. Juara lomba menulis tingkat nasional dan internasional. Menjadi duta bahasa. Menulis dan menerbitkan bermacam buku dengan berbagai genre.  Sungguh suatu prestasi yang sangat luar biasa
Bapak dan Ibu yang lebih senior dari saya, senantiasa memiliki sikap optimis dan komitmen yang tinggi untuk terus berkarya terutama dalam dunia tulis menulis. Sementara saya masih sering dilanda pesimis akut, takut untuk bergerak, keluar dari zona nyaman.
Adik-adik yang usianya lebih muda dari saya. Mereka, memiliki pemikiran yanng hebat, karya yang mengagumkan, masa depan yang cemerlang. Tetapi saya? Saat usia saya sama dengan mereka, belum mampu menghasilkan apa-apa. Hingga hari ini sekali pun.
Senyum semringah dan wajah cerah mereka, telah menumbuhkan harapan bagi saya, bahwa bangsa Indonesia senantiasa memiliki generasi-generasi yang bisa diandalkan dan diunggulkan. Generasi yang senantiasa mencintai dunia literasi.
Tantangan yang diberikan oleh penyelenggara bimtek kepada seluruh peserta, untuk menulis dan menghasilkan buku antologi bersama, juga karya pribadi, semoga bisa saya lewati dan wujudkan dengan indah. Aamiin.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar